Posts Subscribe comment Comments

akrabkan anak dengan Qur'an sejak dini

Share

Masih ingatkah Anda dengan bocah cilik bernama Hussein Tabataba-i? Ya, dalam sebuah buku berjudul “Doktor Cilik Hafal dan Faham Alquran”, karya Dina Y. Sulaeman, diceritakan bagaimana bocah cilik asal Iran itu hafal seluruh isi Alquran.

Sabtu (17/4), sang penulis buku turut berbagi cerita dalam rangkaian acara The Infinity of Alquran di ruang utama Masjid Salman ITB. Dina yang pernah 8 tahun tinggal di Iran, memaparkan metode isyarat yang digunakan ayah Hussein dalam mengajar anaknya untuk hafal sekaligus paham ayat-ayat Alquran.

Hussein memang lahir dalam keluarga penghafal Alquran. Sejak dalam kandungan, ibunya dalam kondisi menghapal Alquran. Kemudian sejak kecil Hussein sering ikut orang tuanya ke majelis-majelis Alquran. Sehingga pada usia 2 tahun 4 bulan, Hussein sudah hafal juz 30 secara otodidak.

Kemudian untuk juz-juz selanjutnya, Hussein dibimbing ayahnya. Ayah Hussein mencari cara agar anaknya tidak hanya hafal, tapi juga paham isinya. Akhirnya digunakanlah isyarat untuk memudahkan Hussein memahami Alquran.

“Bahasa arab di Iran kedudukannya sama seperti di Indonesia, bahasa asing. Orang Iran menggunakan bahasa Persia dalam kesehariannya,” tutur lulusan Program Bahasa Persia, Imam Khomeini International University tahun 1999 ini.

Pada usia 7 tahun Hussein sudah hafal seluruh isi Alquran. Kemudian Hussein mengikuti ujian doktoral dan berhasil mendapat gelar Doktor Causa Honoris dari Hijaz College University, London.

Rumah Qurani Adaptasi Metode Isyarat

Dina kerap kali menuliskan pengalamannya selama di Iran di blognya. Tidak terkecuali pengalaman menyekolahkan anaknya di sekolah Alquran untuk balita dengan metode isyarat. Tulisan-tulisan ini kemudian mendapatkan tanggapan dari teman-teman Dina yang juga merupakan alumni pengurus Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB.

Dina dan teman-temannya kemudian menggagas Lembaga Rumah Qurani dan mencoba menerapkan metode isyarat di Indonesia dengan beberapa penyesuaian. Kendatipun secara esensi sama, namun pencapaiannya berbeda. “Di Iran satu kitab bisa selesai dalam waktu tiga bulan, tapi di sini (Indonesia) butuh waktu sampai satu tahun,” ungkap Dina. “Godaan di sini (Indonesia) memang lebih banyak, apalagi dari televisi,” lanjutnya lagi.

Dalam metode ini, walaupun belum bisa membaca Alquran, anak sudah menghafal potongan ayat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya ayat tentang menjaga kebersihan dan sopan santun terhadap orang tua. Kemudian baru belajar baca Alquran. Setelah itu, mulai menghafal Alquran dari juz Amma. Informasi kinestetik (lewat gerakan) merupakan salah satu jenis informasi yang diterima otak sebagai memori jangka panjang.

Menurut Dina, keterlibatan orang tua merupakan kunci dalam proses menghafal Alquran. Mengenalkan Alquran sejak dini juga merupakan salah satu upaya melindungi anak dari pengaruh buruk lingkungan. Ini merupakan tantangan untuk bisa mengajarkan Alquran dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.

2

Mey nyarios ... :

semoga kita mampu mendidik anak-anak kita menjadi generasi Al-Quran

Khilafah_Purwasuka nyarios ... :

setuju buat MEY, kita harus mampu mendidik anak menjadi generasi qur'ani...
salah satu upaya kita untuk mengarah kesana adalah dengan mengurangi bahkan meniadakan faktor penghalang untuk tujuan itu, salah satu nya yang paling membuat anak anak negeri adalah televisi yang sangat tidak layak tayang bahkan lebih mengarah pada keharaman untuk ditonton

Silahkan Tulis Komentar Anda ...

I know there is something in your head
Any type of comment will be accepted and published. Except spam!
thanx's very much

Design by Azis Lamayuda | Do The Best To Get The Best