Ternyata ada 2 hal yang sangat sering kita lakukan baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Dan ternyata ke 2 hal tersebut sangatlah berefek negatif bagi diri kita, terutama bagi akhlak dan tentu saja bagi keimanan kita kepada Allah sang kholiq.
Mari sama-sama kita bahas satu persatu tentang 2hal itu, semoga setelah ini kita mampu menjadi orang yang bersyukur dan tentu saja mampu mengaplikasikan syukur itu dalam kehidupan kita, yang salah satunya adalah "berinfaq dan memudahkan urusan orang lain", bukankah dengan berinfaq dan memudahkan urusan orang lain, Allah akan melipat gandakan rizqi dan juga memudahkan urusan kita...
PERTAMA :
KITA SERING MEMFOKUSKAN DIRI PADA APA YANG KITA INGINKAN, BUKAN PADA APA YANG KITA MILIKI.
Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah,kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik.
Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan.
Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.
Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya.
Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''.
Orang yang ''kaya'' bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.
Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki.
Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.
Seorang pengarang pernah mengatakan,
''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.''
Ini perwujudan rasa syukur.
Ada cerita menarik mengenai seorang remaja yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak.
Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si remaja tadi berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
KEDUA:
KECENDERUNGAN MEMBANDING BANDINGKAN DIRI KITA DENGAN ORANG LAIN.
Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. . . .
Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa sekolah. Perasaan
ini membuat saya resah dan gelisah. . .
Sebagai mantan siswa teladan di sekolah, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya.
Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya.
Saya menjadi gemar bergonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya.
Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ''Lulu...., Lulu......'' Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.'' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ''Lulu....., Lulu......''.
''Orang ini juga punya masalah dengan Lulu? '' tanyanya keheranan.
Dokter kemudian menjawab, ''Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.''
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam,
namun tetap berbahagia. Ketika ditanya oleh temannya yang juga terapung, kenapa ibu tidak gelisah sedikitpun, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya insya Allah akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''
Sekedar tambahan saja... "janganlah pernah merasa iri hati dengan apa yang dimiliki orang lain, sungguh dengan bersuka ria ketika melihat saudara kita mendapatkan rizki yang berlebih, merupakan suatu amal ibadah buat kita. Amin ya Robbal'alamin
assalamun'alaik
saya pernah membaca suatu riwayat mengatakan, bahwa rizqi kita adalah "makanan dan minuman yang telah kita nikmati, pakaian yang kita pakai sampai lusuhnya, dan harta yang kita infaqkan dijalan Allah.
Wassalam
@ya, betul... harta sejati adalah yang kita infaqkan dijalan Allah
Silahkan Tulis Komentar Anda ...
I know there is something in your head
Any type of comment will be accepted and published. Except spam!
thanx's very much